Select Menu

Ceramah Agama Islam

Performance

Ust. Yusuf Mansur

Buya Yahya

Kajian Bisnis

» » » » » Kinabalu, The City Below The Wind
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Oleh: @QueeNerva
“Lagi?!?” itu ucap teman saya sambil geleng kepala ketika saya keceplosan cerita tentang rencana saya akhir minggu ini. Ekspresi, yang entah heran, takjub atau tidak habis pikir, itu mungkin dikarenakan ini bearti sudah yang ketiga kalinya saya mengunjungi kota itu. Meskipun sebenarnya, perjalanan yang ketiga ini lebih dikarenakan kecelakaan kecil ketika iseng-iseng mencoba debit card baru saya. Itu sebabnya perjalanan kali ini benar-benar hanya 2 hari 1 malam di akhir pekan. Dan agenda utamanya adalah mengambil kembali pouch HP abu-abu saya yang tertinggal di sana April lalu, di kunjungan kedua saya. “Segitunya sama pouch HP?” mungkin itu yang terpikir. Masalahnya, di pouch HP itu ada EzLink card (kartu transport Singapore) yang berisi S$50. Agenda yang cukup masuk akal dong?
Gunung Kinabalu dari seberang National Park

Jesselton, atau lebih popular sekarang dengan nama Kota Kinabalu, merupakan ibukota Negara bagian Sabah, Malaysia. Terletak di tepi laut China Selatan dan sekaligus di kaki gunung Kinabalu, kota ini memberikan pengalaman 2 in 1 kepada para turis yang mengunjunginya. Tidak perlu arguing dengan saya bahwa Indonesia juga punya banyak tempat 2 in 1 seperti itu. Bahkan tidak perlu jauh-jauh, kota kelahiran saya juga terletak di tepi laut Jawa, selemparan batu dari Karimun Jawa, dan di kaki gunung Muria. Yang jadi masalah, serpihan-serpihan surga yang ditata rapi olehNya di Indonesia sangat mustahil untuk dikunjungi dalam rangka menghabiskan akhir pekan. Dan dengan budget backpacker pula. Maka Kota Kinabalu adalah tujuan penerbangan paling ideal dan masuk akal untuk menghabiskan akhir pekan memandang matahari tenggelam di pelukan laut lepas dan terbit dari rengkuh pegunungan.

How to get there ?

Dari Jakarta, sejak beberapa tahun yang lalu Airasia membuka rute penerbangan langsung ke Kinabalu. Sedangkan dari Singapore, terhitung semua maskapai low budget mempunyai penerbangan langsung ke Kinabalu. Sebut saja Airasia, Jetstar, dan Tiger Airways. Jika ingin pengalaman yang berbeda atau sekedar “hitung-hitungan lebih murah mana”, dari Singapore ada pilihan lain yakni terbang dari Johor Bahru. Mengapa lebih murah? Karena hanya dengan menambah MYR 8 untuk shuttle bus dari Kota Raya II terminal ke Senai Airport, kita bisa menekan harga tax bandara Changi yang luar biasa mahal itu. Tapi tentu saja sebagai gantinya kita harus menyiapkan lebih banyak waktu dan tidak bisa menikmati kemewahan Changi.

Kota Kinabalu International Airport (BKI) terletak 8 km sebelah barat pusat kota. Bandara ini mempunyai 2 terminal yang tidak terhubung satu sama lain. Jadi pastikan di terminal mana pesawat akan mendarat atau berangkat. Jarak antar terminal sendiri dengan menggunakan taksi sekitar 10-15 menit.

Terminal 1, berdasarkan Wikipedia, terletak di Kepayan area, dan bisa diakses dari jalan Kepayan, Jalan Lintas dan Jalan Puputan. Terminal ini digunakan oleh sebagian besar maskapai, termasuk Jetstar. Untuk menuju ke kota, terdapat shuttle bus dengan frekuensi keberangkatan setiap jam dengan tujuan akhir Terminal Wawasan. Masih berdasar Wikipedia, dari airport ke Kota Kinabalu bisa juga menggunakan minibus no.17 (KK-Putatan). Minibus ini bisa kita temui sepanjang jalan utama menuju bandara. Pilihan lain bisa mengunakan taksi dengan ongkos sekitar MYR 30 (as per Juli 2010). Atau pilihan lain adalah jalan kaki selama kurang lebih 1-2 jam.
Borneo Beachouse
Katanya sudah 2 kali ke KK, kenapa based on Wikipedia? Karena kesemua penerbangan saya ke Kinabalu selalu berakhir di Terminal 2. Entah menggunakan Airasia maupun Tigerairways. Terminal 2 terletak di wilayah Tanjung Aru, tepatnya di jalan Mat Saleh. Hanya berjarak 100 meter dari jalan Mat Saleh, mempermudah penumpang yang turun di terminal ini untuk mencegat minibus (KK – Tj. Aru) ke arah kota. Atau, karena minibus ini tidak beroperasi malam hari, untuk menghemat budget, menginap di area Tanjung Aru bisa menjadi pilihan. Borneo Beachouse yang terletak di jalan Mat Saleh, 8 menit jalan kaki dari gedung terminal, menjadi hostel favorit saya. Atau untuk yang berkantong lebih, bisa memilih Shangri-La's Resort and Spa yang terletak tepat di pinggir laut Tanjung Aru.

Dari Terminal Wawasan, terminal utama semua bus antar kota yang beada di sebelah barat Kinabalu, tersedia bis kota cukup nyaman yang bisa digunakan untuk berkeliling Kota Kinabalu.

Thing to do

Pusat Kota KInabalu sendiri relative kecil untuk ukuran kota besar menurut saya. Jika kita ukur dari Terminal Wawasan ke Jesselton Ferry Terminal, pusat kota ini memanjang tidak lebih dari 2 km. Sedangkan lebarnya yang hanya sekitar 500 m membuat kita bisa melihat dermaga dari bukit di sisi lainnya. Tentu saja ini hanya pusat kotanya saja, karena luas sesungguhnya dari Kota Kinabalu mencapai 351km2.

Dengan luas pusat kota yang tidak seberapa, kota ini bisa kita kelilingi dengan jalan kaki hanya dalam 1-2 jam. Berjalan kaki di kota ini cukup menyenangkan, karena selain banyak taman di tengah tengah kota, laju kendaraan juga tidak terlalu kencang, kecuali di express way yang terletak di selatan kota. Bahkan di beberapa ruas jalan, yang kebanyakan 1 arah, lebih banyak mobil parkir. Berjalan di sisi barat kota menjadi pengalaman sendiri karena jalanan akan langsung berbatasan dengan laut. Atau jika malas berjalan kaki, naik bis kota dengan tarif 50 cent bisa menjadi pilihan.

Di seputaran kota sendiri ada beberapa spot yang rencananya akan saya kunjungi kali ini:

1.  Kinabalu City Mosque
Masjid ini selalu saya lewati ketika dalam perjalanan dari dan ke Kinabalu National Park. Tapi tidak pernah berkesempatan berhenti dari kendaraan dan mengunjunginya. Terletak sekitar 3 km sebelah timur laut dari pusat kota juga yang membuat akses ke masjid ini relative cukup sulit. Keunikan masjid, yang mempunyai kubah dengan warna dominan biru, ini adalah arsitektur bangunannya yang dibangun diatas air.

2.  Signal Hill Observatory Platform
Berada di puncak bukit, Signal Hill Observatory Platform adalah point tertinggi di Kota Kinabalu. Dari sana kita bisa melihat seluruh penjuru kota dan pemandangan jajaran kepulauan di Taman Nasional Tengku Abdul Rahman. Mencapai tempat ini tidak sulit, bahkan jika kita menginap di Jalan Gaya, bukit ini terlihat dari depan penginapan.

3.  Akitson Clock Tower
Akitson clock tower merupakan menara jam yang berada di atas bukit tepat di atas Kota Kinabalu. Menara ini cukup noticeable untuk dilihat dari kejauhan. Menara jam ini memang tidak istimewa, tapi berfoto di depan menara jam ini dalam perjalanan ke Signal Hill Observatory Platform tentu tidak bisa dilewatkan.

4. Sunday Market di Jalan Gaya
Ini juga aktifitas local yang selalu terlewatkan oleh saya, pertama karena waktu itu saya camping di pulau dan tidak mungkin balik ke kota pagi-pagi, dan yang kedua kalinya karena justru saya harus mengejar pesawat pagi ke KL..

5. KK Esplanade
Pertama kali baca KK Esplanade, yang terbayang di benak saya adalah dome besar berduri-duri, yang tentu saja salah. KK Esplanade adalah anjungan di pinggir pantai yang terletak tepat di tengah-tengah kota Kinabalu. Bisa dibilang kalau ke KK kita akan selalu melewati tempat ini. Sekedar tips, tempat ini sangat tidak cocok dikunjungi siang hari karena tidak ada tempat berteduh atau sekadar pohon perindang. Menikmati sunset sambil duduk-duduk di beberapa bangku kayu yang disediakan atau berfoto dengan latar patung-patung ikan di sana bisa menjadi pilihan mengakhiri hari.

 Tempat lain yang biasanya menjadi tujuan para pelancong di KK adalah Taman Nasional Gunung Kinabalu dan Taman Nasional Tengku Abdul Rahman. Gunung Kinabalu sendiri terletak 80km sebelah tenggara KK. Untuk ke sana bisa menggunakan bus ke arah Ranau atau Kundasang dari terminal bus jarak jauh di jalan Tengku Abdul Rahman di bagian selatan kota. Perjalanan dengan tarif MYR 15-20 ini akan ditempuh selama 2 jam. 

Akifitas paling popular di Gunung Kinabalu tentu saja trekking ke puncak. Diperlukan ijin dan booking penginapan di Sutera Santuary Lodge untuk bisa mendaki gunung ini. Info terakhir menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya pendaki harus menginap 2 malam di atas yang berarti harus menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di atas. Atau bisa juga 2 hari 1 malam dengan syarat pemesanan minimal 6 bulan sebelumnya. Pemesanan langsung di tempat ini terbilang cukup sulit, meskipun bukan tidak mungkin karena begitu tanggal pemesanan dibuka, banyak travel agent, yang tentunya mendapat porsi lebih, langsung berebut memesan. Opsi lain jika memang ingin mendaki tapi memutuskan untuk tidak menginap di atas adalah one day climbing. Di sini syarat yang ditentukan adalah pendaki harus sudah memesan sehari sebelumnya, dan berada di Kinabalu Park untuk registrasi ulang di ranger station pada sekurang-kurangnya jam 9 pagi di hari pendakian. Dan harus kembali ke ranger station pada pukul 5 sore. Biasanya pendaki yang berniat melakukan one day climbing menginap di bungalow yang banyak tersedia di sekiar nationa park. Masing-masing group pendaki akan didampingi oleh guide yang selain berfungsi sebagai penunjuk jalan, juga memastikan bahwa kita akan kembali turun sekitar pukul 1 siang baik sudah sampai di puncak maupun belum. Biaya untuk paket ini relative jauh lebih murah karena tidak perlu menginap, yaitu sekitar MYR 130, yang meliputi permit fee dan guide fee. Hanya saja paket ini masih tergantung pada ijin dari ranger, tergantung cuaca dan kondisi gunung di hari pendakian. 
 
View dari tenda @Mamutik

Jika tidak tertarik dengan pegunungan atau dikarenakan waktu yang terbatas, maka National Marine Park Tenku Abdul Rahman (TAR) bisa menjadi pilihan. TAR yang hanya berjarak seperlima lemparan batu dari KK ini bisa ditempuh dengan boat dari Jesselton Ferry Terminal selama kurang dari 15 menit. Selain dari Jesselton, yang berada di pusat kota Kinabalu, menuju TAR juga bisa dari pelabuhan Tanjung Aru. Pelabuhan ini sebetulnya merupakan bagian dari Shangri-La's Resort and Spa namun terbuka untuk umum. Hanya saja tiket ferry pulang pergi hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan Jesselton. Kepulauan ini terdiri dari 5 pulau, Pulau Gaya, sebagai pulau terbesar, P. Manukan, P.Mamutik, P.Sapi, dan P.Sulug. Tidak hanya untuk sunbathing, jajaran kepulauan ini juga cukup nyaman untuk snorkeling. Meskipun coral-coralnya tidak terlalu beragam, tapi ikan-ikan jinak warna-warni sebesar telapak tangan yang berenang-renang sampai ke tepian pantai menjadi hiburan tersendiri. Jika ingin mendapatkan pengalaman sedikit berbeda bisa juga memutuskan untuk camping di salah satu pulau tersebut. Ada banyak penyewaan tenda, snorkeling gear di pelabuhan maupun di pulau itu sendiri.
Senja di Fish Market
Untuk penggemar seafood, menikmati seafood segar yang baru saja dibakar di Fish Market sambil ditemani matahari senja yang masuk ke peraduan bisa juga menjadi pilihan. Pasar ikan terletak di sepanjang pantai di jalan Tun Fuad Stephen.
Sok tahu di Kinabalu
         
Bicara Kinabalu adalah bicara kota yang mengingatkan saya bahwa kadang sifat sok tahu saya sudah ada di ambang batas atas toleransi. Sedikit lagi out of spec kalau orang QA bilang. Bahwa kadang saya tidak sadar kalau saya sudah sok tahu itu bukan berita baru. Seperti kala itu ketika kedua kalinya mendarat di terminal 2. Saya yang tahu persis jalan dari terminal 2 ke hostel yang kami pesan di Tanjung Aru kala itu langsung mengajak teman saya jalan kaki ke hostel. Kala itu malam sudah cukup larut, pukul 10 seingat saya. Baru beberapa meter jalan tiba-tiba sebuah mobil sedan melambat di sebelah saya. Jendela sisi penumpang terbuka menampilkan wajah seorang pemuda yang kemudian bertanya, “Maaf, tahu Beach Hotel kat mana?”

         Dengan penuh sok tahu saya memberikan direction ke arah Beach Hotel. Tiba-tiba tebersit ide gila di otak saya, karena kebetulan kami juga hendak menuju nama hotel yang sama. “Boleh tumpang tak? Saya juga nak ke sana.”. Setelah ragu beberapa saat akhirnya pengemudi mobil menyilakan kami berdua masuk ke mobil.

“Menginap di sana juga? Mahal kan ya?” tanya salah satu dari mereka.
“Ah, enggak kok. Murah tu, namanya juga backpacker hostel”
“Hah? Beach Hotel kan?”
“Iya, Beach Hotel di Tanjung Aru kan?” mulai ngerasa ada yang salah. “Nah itu yang sebelah kanan. Lurus aja trus ambil U turn di depan” sambung saya sambil menjelaskan. Karena bangunan tujuan kami memang sudah dekat. Tak lama kemudian sampailah kami di depan hostel yang kami pesan

“Oke, nah ini kan yang dimaksud Beach ..” seketika kata-kata saya menggantung demi melihat papan nama hostel kami “Borneo Beachouse”. “Sh*t”, umpat saya dalam hati, “Duh…maaf sekali…saya pikir..duhh..sorry yaa…”
Dua orang yang “terpaksa” mengantar kami sampai depan penginapan itu hanya geleng-geleng sambil mengucap “It’s OK”.

Saya yang sudah tidak bisa bilang apa-apa lagi segera keluar mobil dengan menahan malu, “Well, thanks tumpangannya anyway” dan segera mengikuti teman saya yang sudah terlebih dahulu berjalan ke dalam hostel tanpa menoleh ke belakang lagi.
          
Masih soal sok tahu, masih di kunjungan kedua juga tapi sayangnnya kali ini tidak membuat keuntungan di pihak saya. Hari itu saya punya penerbangan pagi ke KL dari Kinabalu. Maka atas alasan  kepraktisan saya menginap di hostel yang sama di dekat bandara tersebut. Penerbangan saya pukul 7.45 pagi. Berbekal hitungan selama ini menginap di BorneoBeachouse, 10 menit adalah waktu paling lama yang saya butuhkan untuk mencapai counter checkin dari tempat tidur saya. Pagi itu saya putuskan berangkat lebih awal, agar benar-benar bisa menikmati udara segar pagi hari Tanjung Aru dalam perjalanan. Pukul 6.45 saya sudah meninggalkan kamar. Berjalan santai, kurang dari pukul 7 saya sudah sampai di counter check in. Counter Airasia tampak lenggang saat itu.

“Good morning, flight to Kuala Lumpur please” kataku segera kepada petugas yang sedang menjaga counter.
“Sorry Mam, it closed already”
“Hah? Not possible. It’s still more than 45 minutes. My flight is 7.45”
“No flight at that time Mam”
“But Sir, that must be a mistake, I do remember my flight is 7.45. And I still have 45 minutes” saya yang merasa benar tidak mau kalah.
“Mam, may I see your itinerary?”
“I..ok wait..” saya bukan orang yang hobi mencetak itinerary tiket penerbangan, tapi untungnya saya selalu menyimpan copi filenya dalam HP. “No way..” pikir saya demi melihat itinerary yang menyatakan bahwa penerbangan saya ternyata pukul 7.25.

“Sorry…really sorry. I thought my flight was 7.45” saya benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi untuk membuat pembelaan diri yang lebih baik kala itu. Yang terfikir hanyalah bahwa saya ketinggalan pesawat dan harus membeli tiket lagi.

“Actually, from where you got that idea, hah?”
“Err…my head.”

”....” gantian petugasnya yang speechless dan akhirnya dengan muka putus asa mengijinkan saya check in. Yihaaa...!!! ^^' [Queenerva]

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply